Awalnya seorang teman bernama Maya lah yang pertama kali
memberi link ini : http://float2nature.lembah-pelangi.com/main/ Saya
membayangkan Float to Nature seperti salah satu scene di “Heima” film
dokumenter sigur ros. Membuat music showcase di pegunungan, di hamparan
rerumputan, di tempat yang sangat dingin dan orang-orang dapat datang bersama
siapapun mungkin teman bahkan keluarga, untuk duduk – duduk santai sambil
menikmati alam dan music.
Tapi disini hal plus – plus lainnya yang membuat menarik
ialah ada tour wisata Diengnya. Saya belum pernah kesana dan mungkin ini saat
yang pas. Dengan membayar Rp 850.000,- selama kurang lebih 3 hari saya dapat
paket itu semua ( all in ) dan saya
pikir tidak terlalu mahal. Ok I’m in!
Perjalanan dimulai…..
Hari Pertama : Jumat, 8 Juni 2012
Semua peserta diwajibkan berkumpul dan data ulang pukul
19.00 – 20.00 sebelum berangkat. Saya dan maya berangkat dari tebet sekitar
pukul 18.00, waktu itu sudah gerimis dan jangan ditanya soal keadaan lalu
lintas. Hari Jumat sore dan gerimis sudah pasti macet. Mulai meraba mencari
tempat meeting point, mencoba menelpon 2 nomer contact person yang ketika
ditelpon ke-2 nomor tersebut pun tidak aktif. Nomor ke – 3 pun akhirnya bisa
dihubungi.
Akhirnya setelah data ulang, pembagian souvenir ( kaos, gantungan kunci & tote bag,
lumayan J ) , pembagian bus
dan seharusnya juga pembagian tenda ( tetapi
panitia seperti mengisyaratkan mungkin akan diatur dilokasi nanti. Ok deh
). Kami pun mulai berangkat, kira – kira pukul 21.00. Langsung saja mengambil
kursi agak depan. Begitu duduk, langsung ingin complain karena bangku yang
sempit dan hmm.. uda mulai gak kebayang akan berada dikursi ini selama 12 jam
kedepan. Ya tapi mungkin saya harus bersyukur karena tidak memiliki kaki yang
panjang, masih agak sedikit lumayan deh.
Salah seorang pun masuk ke Bus, laki – laki, kacamata,
berkemeja kotak – kotak, tanpa memperkenalkan diri dia siapa, langsung saja
berbicara mengenai dia punya souvenir yang akan dibagikan nanti, ia juga
menjelaskan sedikit kalau kita akan lewat jalur selatan. Duduk depan bersama
kawannya yang kacamata juga. ( Ok saya berfikir dia sudah pasti panitia ). Lalu
kemudian kita berdoa bersama dan mulai berangkat.
Berhenti di km 57, makan dan ke toilet lalu kembali masuk ke
bus dan dalam sekejap langsung tidur hingga….sampai di daerah yang saya tidak
tau itu dimana bus seperti sedang parkir dijalanan, nampaknya ada kecelakaan
didepan sana yang membuat jalan ditutup dan dievakuasi hingga kurang lebih 3
jam stuck.
Hari kedua : Sabtu, 9 Juni 2012
Sudah mulai menjelang subuh dan saat itu saya baru sadari
kita semua masih berada di daerah Jawa Barat. Pukul 08.00 kita berhenti
disebuah rumah makan. ( Menurut schedule pukul tersebut kita sudah sampai di
Dieng dan sedang akan menikmati sarapan di Rumah Makan Bu Djono ). Tak peduli ini
sedang dimana langsung saja mencari kamar mandi. Semua orang seperti sedang
mengantri makan. Ya, ok lapar juga sih. Ikut antri juga dan lumayan sedih
ternyata menu tinggal seuprit. ( 1 potong
rendang dan tempe orek pedes + teh tawar hangat Rp 15.000,- *lumayan mahal, saya
pikir dibayarin.Ge er ternyata*).
Bla..bla..bla..
hari sudah mulai gelap lagi. Tidur sepanjang perjalanan memang membuat
tidak terasa perjalanan ini sudah hampir menempuh waktu 20 jam. Wah, sebentar
lagi sampai Bali ini sih. Masih binggung dengan apa sih yang terjadi
sebenarnya, perjalanan kok lama sekali. Seisi bus mulai berceletuk
“lapar…lapar….”. Saya berulang kali melihat ke dua panitia yang mulai berbicara
sendiri dengan asik ( lumayan cuek yah
) , dan mulai berkonsentrasi kejalan yang sudah gelap, jalan berkelok – kelok
dan rusak ( semoga hanya sedikit lupa,
setidaknya itu menandakan dia sudah pernah kemari. Bukannya hanya menebak –
nebak “Ohh…ini nih telaga. Eh..ini candi kan yaaaa….berarti kita masih terus”
<< yak kurang lebih seperti itu kalimat – kalimat yang dia keluarkan
)
Sampai pada akhirnya kita harus turun dari bus dan pindah ke
kendaraan yang lebih kecil lagi untuk mencapai daerah yang kita ingin tuju itu
( isi kepala masih sangat absurb, ini
sudah sampai atau belum sih sambil melihat sekeliling kita semua seperti sedang
dipandangi / menjadi tontonan orang – orang sekitar ) Tanpa pikir panjang
langsung masuk saja ke mini bus sebelum penuh, setelah ada bapak – bapak yang
berkata “Ayo naik saja, mobil ini sudah disediakan oleh panitia juga kok”.
Kurang lebih 10 menit kita sampai dilokasi perkemahan & floatspot
( Telaga Cebong, Desa Sembungan ).
Gelap…ini sungguh termasuk gelap. Hanya ada lampu sayup sayup, dan terlihat
band Float sedang check sound dan ucapan “SELAMAT DATANG! SELAMAT DATANG!”
dengan kencang ( mungkin panitia )
terdengar begitu saja dari kegelapan. Tak ada yang membimbing dimana kita harus
menaruh barang, langsung saja bertemu dengan mas – mas atau dedek - dedek siapalah
dia waktu itu salah satu orang yang berdiri disamping tenda sambil memegang
senter dan ketika maya bertanya “tendanya yang mana yah?”, “berapa orang ya? ,
sahut orang tersebut. “Dua!”, lalu kita diantar ke tenda yang masih kosong.
Setelah itu saya dan maya berjalan menuju tenda konsumsi,
makan dengan lahap. Gak peduli makanan yang disediakan itu apa, pada saat itu
laper banget setelah tidak makan siang ( entah
pada asik tidur dijalan / panitia yang tidak inisiatif menawarkan untuk
berhenti makan, dll lah ) dan 22 jam dijalan!! Agak – agak rempong sih
harus makan makanan yang berkuah ( sayur
asam ) yang masih diplastikin di box, gelap dan sambil berdiri ( manja bgt ), eh….tapi gak boong sih ayam
bakarnya enak banget.
Selesai makan, cuaca yang mulai dingin. Konon katanya saat
ini sedang 10 C. Tapi kata mas – mas setempat yang sedang duduk didekat kamar
mandi ini belum dingin. Biasanya 5 C.
Saya masih beruntung karena masih tergolong peserta yang
datang awal, karena ternyata masih separuh rombongan lagi yang belum datang.
Hingga acara sudah mulai dibuka dengan penampilan spontan dari para peserta,
yang dengan meriah silih berganti perform demi performer maju untuk mengisi
panggung sambil menunggu 1 bus lagi yang belum datang. Eits, ada 1 lagi
keganjalan ketika acara belum dimulai entah siapa naik keatas panggung ( kalau tidak salah berucap dia adalah
perwakilan dari sekelompok pemuda Dieng apa gitu ) dan menjelaskan /
berbicara kepada penduduk sekitar untuk mohon diijinkan mengadakan acara,
karena mereka sudah datang dari jauh ( sejenak
saya sadari bahwa lokasi camping kita ini telah dikelilingi orang penduduk
dieng, yang datang mungkin sambil berharap ini acara musik dangdut dan hmm..
sebenarnya sudah dapat ijin untuk mengadakan acara disini belum sih ya. Kok pake
ada yang naik kepanggung dan berbicara seperti itu, semoga ini hanya pikiran
jelek sesaat saja atau sejujurnya saya berfikir jelek terus sedari awal )
Sudah
duduk manis berdua dengan maya ditemani teh hangat ( romantis gelakk ) di terpal yang sebenarnya basah. Dimana semua
orang disini datang, meski sudah rusak mood ditambah tidak ada artistic panggung
sama sekali ( bahkan mungkin panitia
acara dangdut dapat membuat panggung lebih menarik dari ini. Or ya…katakanlah
konsep kali ya biar menyatu dengan alamnya dapet ). Lagu pertama pun mulai
dibawakan, finally FLOAT! Untuk kedua kalinya saya melihat perform mereka, sekarang
di Dieng di lembah yang sangat dingin ini. “sementara lupakan rindu” Suara sang vokalis yang membuat hanyut
( atau lebih tepatnya sudah semakin
kedinginan, karena angin malam mulai terasa semakin jahat ditambah api unggun
yang berulang kali dinyalakan tapi selalu gagal dan hanya menyala sesaat dan
kemudian mati ). Surrender, sementara, pulang, single terakhir mereka “ihi”
dan “these are a few of my favorite things..” dari ost Sound Of Music pun
dibawakan. Semua pengunjung nampak happy, bisa sing a long bersama. Atau lebih
tepatnya “Camping Bersama”. Muncul kembali dengan tiba – tiba perform di sebuah
lembah, dengan formasi personel yang baru dan tentu saja saya pun tak sabar
menanti album baru float di tahun ini.
Selesai menyaksikan Float, saya langsung menuju tenda dan
memilih tidur. Terdengar diluar sana masih banyak yang masih asyik
bercengkrama, main gitar, bernyanyi dan bermain games. Tapi ku tak tahan dengan
udara yang sangat dingin ini. Semoga teman – teman diluar sana yang terakhir
datang bisa langsung mendapatkan tenda ( atau
katakanlah ada yang membimbing mereka untuk mendapatkan tenda ).
Hari Ketiga : Minggu, 10 Juni 2012
Sekitar pukul 04.00 saya terbangun, panitia sudah berkoar –
koar membangunkan yang ingin melihat trekking melihat sunrise. Langsung saja
menuju kamar mandi sebelum orang – orang lain bangun dan antrian menjadi sangat
panjang ( fyi : hanya ada 2 kamar mandi
umum tersedia disini. Selamat menahan buang air kalau antrian panjang, airnya
pun tidak menarik sama sekali untuk sekedar untuk cuci muka atau sikat gigi
*enjoy* )
Setelah sudah semakin banyak orang bangun dan berkumpul di
lapangan, salah seorang laki – laki yang akan membimbing perjalanan trekking
mem-briefing kami dengan cukup jelas maka kami pun memulai perjalanan untuk melihat
sunrise bersama – sama.
Medan trekkingnya sebenarnya tidak terlalu berat, namun
cukup membuat banyak orang perlu merasa istirahat sejenak dan sementara yang
lain yang masih kuat berjalan dapat melanjutkan perjalanan. Ok ini dia, sampai
juga diatas ketinggian 2500 m diatas permukaan laut. Yang merasa ingin menanjak
lebih tinggi lagi, dapat mengikuti sang pemandu. Sedangkan saya akan stay
disini saja. Sudah cukup.
Menanti “Golden Sunrise”, sambil memakan coklat dan berfoto
mengagumi pemandangan dari puncak ( hampir
) Dieng, sangat indah..sangat sangat indah. Tapi kok sepertinya Golden Sunrise
tidak muncul pagi ini. Atau ya memang seperti inilah yang dinamakan Golden
Sunrise tersebut ( mau tanya sang pemandu
tapi sudah tidak ada ).
Eh, ternyata muncul penjual pop mie disini.
Langsung saja lah pesan.
Saya pun turun kembali ke tenda bersama maya dan pandu.
Berharap dibawah sudah ada sarapan yang siap disantap. Ternyata memang benar,
sudah tersedia nasi goreng. Pengumuman dari panitia bahwa bagi yang ingin
pulang duluan harap segera bersiap ( sedih
sebenarnya karena ada sebagian yang ingin pulang duluan dan tidak bersama –
sama menyelesaikan tour. Tetapi siapa juga yang dapat menjamin pulang akan
tepat waktu dan berfikir akan wasting time kalau diteruskan *tuh kan lagi –
lagi pikiran jelek* )
Sarapan sudah, packing sudah, foto – foto sudah. Tiba – tiba
sekarang kita semua membentuk lingkaran besar ( saya tau ini hanya untuk mengulur waktu sampai kendaraan penjemputan
datang ). Ok….sebuah truk kecil datang, sekitar 26 orang sudah masuk untuk
mengangkut kami yang tak sabar segera untuk melanjutkan trip ( dan pulang tentunya ), dan puluhan orang
orang lagi menyusul secara bergantian menunggu truk ini selesai mengantar ke
bus diatas dan seterusnya.
“Mulai sekarang saya yang akan mengambil alih tour ya…”,
kata salah seorang yang nampaknya ia adalah guide local. Yang entah mengapa
ketika dia berbicara, saya merasa percaya.
Baiklah, tour yang semoga tidak terasa dipaksakan ini ( karena seharusnya menjadi hari kedua, bukan
menjadi hari terakhir ) dimulai dengan menuju Telaga Warna Dieng. Hanya
sempat foto – foto sejenak , lalu segera melanjutkan ke Kawah Sikidang Itu pun
juga hanya sejenak banget, cerita penjelasan dari guide yang menyita perhatian
( atau ya….informasi dari guidelah salah
satu hal menarik untuk didengarkan karena kita tidak menjelajahi keseluruhan
kawah. Salah satunya karena waktu )
Lokasi terakhir, sudah ada group tarian yang sudah
menanti kita di lapangan kompleks Candi Arjuno Sebuah persembahan tarian daerah, lengkap dengan seperangkat alat musik gamelan, dll. Ok….lanjut ke dalam masuk untuk melihat Candi. Eh, belum deng
belok sedikit ternyata masih ada acara lain yaitu “Menanam bibit pohon”. Semua
pun digiring kembali untuk acara ini. Bentuk acara yang sungguh mulia, namun
saya tidak merasa nyaman karena semua terasa tergesa – gesa. Foto – foto. Ok
Done! Semoga kelak beberapa tahun kedepan saya akan kembali kesini untuk
melihat apakah tanaman yang sudah saya tanam ini tumbuh atau tidak.
Melanjutkan tour ( atau
lebih tepatnya cepat – cepat menyelesaikan tour ) dengan melihat – lihat
sejenak ketiga candi dan juga penjelasannya oleh sang guide yang hampir saja di
candi ke – 3 terpotong, karena hari sudah semakin siang dan makan siang sudah
siap. Tetapi kami ingin tetap candi yang ke-3 tidak terlewatkan. Sudah mulai
gerimis, saatnya bergegas kembali ke bus dan makan siang di dalam bus ( porsinya kuraaaaaang. Masih lapar L )
Sekitar pukul 13.30, akhirnya tour berakhir dan saatnya
kembali pulang ke Jakarta. Info mengatakan bahwa kami akan melewati rute yang
berbeda yaitu lewat pemalang dan pantura. ( dengan
harapan tidak nyasar lagi dan perjalanan dapat lebih cepat daripada ketika
waktu berangkat *semoga* ).
Langsung saja terlelap tidak lama setelah bus berjalan. Tapi
terbangun karena jalanan yang rusak, dan mulai mencurigakan. Lewat mana sih ini
sebenarnya? Jalanan berkelok – kelok parah dan rusak juga. Sampai disuatu jalan
bus yang berada didepan kami seperti sedang bertanya kepaa warga sekitar, untuk
memastikan bahwa rute ini benar. Ok, ternyata rute ini benar. Tetapi sebelumnya
tidak pernah ada bus yang lewat jalan ini dan bapak tersebut memberi tau kalau
jalanan disana akan lebih berat dan masih sangat jauh.
Mencoba menikmati perjalanan dengan sambil foto – foto
pemandangan dari dalam bus. Hingga sampai suatu ketika bus didepan, ban
belakangnya sedikit keluar arah dan membuat semua penumpang diwajibkan keluar
dan sebagian membantu mendorong supaya bus dapat berjalan kembali kedepan dan
berada kembali dijalurnya. Sejenak mengobrol dengan warga setempat yang
mengatakan bahwa untuk kejalur utama masih sekitar 25 km lagi.
Perjalanan yang berliku – liku tegang masih belum berakhir, menyenangkan
sebenarnya bisa melewati daerah ini yang masih begitu fresh dan belum dilalui
banyak orang. Namun, kondisi bus sangat tidak prepare untuk menempuh jalur ini.
Semakin terbukti dengan tiba – tibanya bumper kanan bus kami pun hancur,
setelah mendengar suara kencang. Sepertinya karena jalanan yang cukup berat.
Dengan terus tidak bermaksud menguping pembicaraan sang
driver dan co-driver. 1 hal lagi, sepertinya kalau tidak salah saya mendengar
pembicaraan bahwa rem blong! Dan sedari tadipun si driver menyuruh untuk
menambahkan cairan – cairan apalah itu tersebut kedalam salah satu bagian laci
dashboard. Hingga co – driver menambahkan terus, dan akhirnya dia bilang “habis
nih, bisa nyampe gak nih”. “dah santai aja”, kata sang supir. Damn! Hal – hal
ini tidak ingin saya dengar sebagai seorang penumpang. Sama sekali tidak
membuat tenang dan semakin membuat saya terus saja berfikir jelek. Dan tentu
saja berdoa supaya bisa selamat sampai Jakarta kalau begini ceritanya.
Saya rasa penumpang didalam bus ini sudah tidak tertarik
untuk makan malam, ketika panitia menawarkan untuk berhenti makan di Mbok
Berek, semua hanya ingin cepat sampai rumah. Tetapi, karena ingin kembali
berjalan konvoi makan kami semua pun berhenti makan dan memang harus makan
karena tidak pernah tau akan berapa lama waktu diperjalanan ini.
Pantura macet! Karena jalanan sedang diperbaiki ( setiap tahun menjelang lebaran pasti jalanan
sedang diperbaiki!! ) Dan ketika bus ini berjalan memotong jalur kanan
supaya bisa jalan lebih cepat, sekelompok anak muda berusaha men-stop bus kami
dan meminta sedikit uang “seribu aja…seribu aja….” Wooow…serasa ingin dibajak,
dengan anak muda yang menghadang kira – kira berjumlah 10 orang. Tapi kemudian
mobil polisi datang, dengan sirine kencang, langsung parkir didepan bus kami.
Sang polisi keluar dari dalam mobil lalu mengusir sekumpulan anak muda ini.
Lalu kemudian perjalanan kembal dilanjutkan. Fiuuuuuuuuuuuuuh….. perjalanan
masih jauh ya olooooooooh. Apalagi deh nih.
Duduk paling depan memang punya sensasi tersendiri. Bisa
melihat jelas dengan jelas apa yang terjadi didepan. Ya, selain demi alasan
bangku sempit dan kalau duduk depan it’s better.
Kira – kira pukul 04.45 kami tiba di Jakarta dengan selamat.
Tepatnya di Tendean ditempat meeting point pertama kami. Langsung turun ambil
tas dibagasi, mencari taxi dan bergegas pulang. Tidak pamit or say thx ke
panitia. Saya hanya berucap terima kasih ke pak supir. Lalu buru – buru pulang.
Saya selalu suka jalan darat. Apalagi untuk acara berwisata.
Dan saya berfikir acara ini akan menjadi suatu acara dengan konsep yang menarik
hanya sangat disayangkan tidak sama sekali dikemas dengan baik.
Nominal yang tidak sedikit tapi juga tidak mahal untuk
sebuah paket ini. Bahkan seorang kawan berkata “Gw gak masalah sih sebenarnya
kalau harga menjadi 1,5 tetapi memang semua service ok”.
Seakan kami semua menjadi terpaksa memaklumi, ketika panitia
menjelaskan bahwa “Ini acara pertama kami”. La…la….la… tapi ya gak gitu juga
sih ya. Berada 22 jam terombang ambing Jakarta – Dieng, didalam bus sempit yang
sangat mustahil yang ternyata salah jalan adalah sesuatu yang fatal. Tidak ada team advance kah?? Hingga
harus nyasar berjam – jam. 22 Jam!! No wonder, ketika pagi banyak yang ingin
pulang duluan.
Tulisan ini hanya sekedar curahan hati dan juga panjang yah,
dimana ekspektasi saya mungkin terlalu tinggi terharap trip ini. Dan bahkan
saya tidak dapat membangun mood dengan baik karena dijam – jam awal
keberangkatan pun saya sudah merasa kecewa. Dan masih terngiang betul ditelinga
saya, salah seorang panitia berkata “tenang saja, semua akan terbayar besok”. Maksudnya
apa? Saat melihat Golden Sunrise? Saya bahkan tidak melihat anda ikut trekking.
Ohhh…mungkin masih terlelap.
Saya bukan berprofesi sebagai penulis maupun fotografer.
Tulisan diatas maupun foto – foto diatas ya begitu adanya standar. Hanya untuk
berbagi sedikit pengalaman 22 jam Jakarta – Dieng, 1 malam di lembah Dieng dan
1 malam lagi di bus Dieng – Jakarta 16 jam. Sukses membuat pantat ini sakit
sampe sekarang.
But Dieng, u’re so wonderfull! Saya akan kembali suatu hari
nanti, untuk menyaksikan Golden Sunrise dan melihat tanaman yang sudah saya
tanam.
2 comments:
cerita yg menarik
sebagian besar FR Float2nature di blog2 pribadi menulis begini hehe
dpt dimaklumi sih bagaimana keadaan yg seperti anda ceritakan
kunjungi dieng lagi di hari yg bebas :D
Pasti dong, akan ke dieng lagi suatu hari nanti :)
Post a Comment