Monday, June 11, 2012

FLOAT TO NATURE , 8 - 10 Juni 2012, Dieng ( Review )


Awalnya seorang teman bernama Maya lah yang pertama kali memberi link ini : http://float2nature.lembah-pelangi.com/main/   Saya membayangkan Float to Nature seperti salah satu scene di “Heima” film dokumenter sigur ros. Membuat music showcase di pegunungan, di hamparan rerumputan, di tempat yang sangat dingin dan orang-orang dapat datang bersama siapapun mungkin teman bahkan keluarga, untuk duduk – duduk santai sambil menikmati alam dan music.
Tapi disini hal plus – plus lainnya yang membuat menarik ialah ada tour wisata Diengnya. Saya belum pernah kesana dan mungkin ini saat yang pas. Dengan membayar Rp 850.000,- selama kurang lebih 3 hari saya dapat paket itu semua ( all in ) dan saya pikir tidak terlalu mahal. Ok I’m in!

Perjalanan dimulai…..

Hari Pertama : Jumat, 8 Juni 2012
Semua peserta diwajibkan berkumpul dan data ulang pukul 19.00 – 20.00 sebelum berangkat. Saya dan maya berangkat dari tebet sekitar pukul 18.00, waktu itu sudah gerimis dan jangan ditanya soal keadaan lalu lintas. Hari Jumat sore dan gerimis sudah pasti macet. Mulai meraba mencari tempat meeting point, mencoba menelpon 2 nomer contact person yang ketika ditelpon ke-2 nomor tersebut pun tidak aktif. Nomor ke – 3 pun akhirnya bisa dihubungi.

Akhirnya setelah data ulang, pembagian souvenir ( kaos, gantungan kunci & tote bag, lumayan J ) , pembagian bus dan seharusnya juga pembagian tenda ( tetapi panitia seperti mengisyaratkan mungkin akan diatur dilokasi nanti. Ok deh ). Kami pun mulai berangkat, kira – kira pukul 21.00. Langsung saja mengambil kursi agak depan. Begitu duduk, langsung ingin complain karena bangku yang sempit dan hmm.. uda mulai gak kebayang akan berada dikursi ini selama 12 jam kedepan. Ya tapi mungkin saya harus bersyukur karena tidak memiliki kaki yang panjang, masih agak sedikit lumayan deh.

Salah seorang pun masuk ke Bus, laki – laki, kacamata, berkemeja kotak – kotak, tanpa memperkenalkan diri dia siapa, langsung saja berbicara mengenai dia punya souvenir yang akan dibagikan nanti, ia juga menjelaskan sedikit kalau kita akan lewat jalur selatan. Duduk depan bersama kawannya yang kacamata juga. ( Ok saya berfikir dia sudah pasti panitia ). Lalu kemudian kita berdoa bersama dan mulai berangkat.
Berhenti di km 57, makan dan ke toilet lalu kembali masuk ke bus dan dalam sekejap langsung tidur hingga….sampai di daerah yang saya tidak tau itu dimana bus seperti sedang parkir dijalanan, nampaknya ada kecelakaan didepan sana yang membuat jalan ditutup dan dievakuasi hingga kurang lebih 3 jam stuck.

Hari kedua : Sabtu, 9 Juni 2012
Sudah mulai menjelang subuh dan saat itu saya baru sadari kita semua masih berada di daerah Jawa Barat. Pukul 08.00 kita berhenti disebuah rumah makan. ( Menurut schedule pukul tersebut kita sudah sampai di Dieng dan sedang akan menikmati sarapan di Rumah Makan Bu Djono ). Tak peduli ini sedang dimana langsung saja mencari kamar mandi. Semua orang seperti sedang mengantri makan. Ya, ok lapar juga sih. Ikut antri juga dan lumayan sedih ternyata menu tinggal seuprit. ( 1 potong rendang dan tempe orek pedes + teh tawar hangat Rp 15.000,- *lumayan mahal, saya pikir dibayarin.Ge er ternyata*).

Bla..bla..bla..  hari sudah mulai gelap lagi. Tidur sepanjang perjalanan memang membuat tidak terasa perjalanan ini sudah hampir menempuh waktu 20 jam. Wah, sebentar lagi sampai Bali ini sih. Masih binggung dengan apa sih yang terjadi sebenarnya, perjalanan kok lama sekali. Seisi bus mulai berceletuk “lapar…lapar….”. Saya berulang kali melihat ke dua panitia yang mulai berbicara sendiri dengan asik ( lumayan cuek yah ) , dan mulai berkonsentrasi kejalan yang sudah gelap, jalan berkelok – kelok dan rusak ( semoga hanya sedikit lupa, setidaknya itu menandakan dia sudah pernah kemari. Bukannya hanya menebak – nebak “Ohh…ini nih telaga. Eh..ini candi kan yaaaa….berarti kita masih terus” << yak kurang lebih seperti itu kalimat – kalimat yang dia keluarkan )

Sampai pada akhirnya kita harus turun dari bus dan pindah ke kendaraan yang lebih kecil lagi untuk mencapai daerah yang kita ingin tuju itu ( isi kepala masih sangat absurb, ini sudah sampai atau belum sih sambil melihat sekeliling kita semua seperti sedang dipandangi / menjadi tontonan orang – orang sekitar ) Tanpa pikir panjang langsung masuk saja ke mini bus sebelum penuh, setelah ada bapak – bapak yang berkata “Ayo naik saja, mobil ini sudah disediakan oleh panitia juga kok”.

Kurang lebih 10 menit kita sampai dilokasi perkemahan & floatspot ( Telaga Cebong, Desa Sembungan ). Gelap…ini sungguh termasuk gelap. Hanya ada lampu sayup sayup, dan terlihat band Float sedang check sound dan ucapan “SELAMAT DATANG! SELAMAT DATANG!” dengan kencang ( mungkin panitia ) terdengar begitu saja dari kegelapan. Tak ada yang membimbing dimana kita harus menaruh barang, langsung saja bertemu dengan mas – mas atau dedek - dedek siapalah dia waktu itu salah satu orang yang berdiri disamping tenda sambil memegang senter dan ketika maya bertanya “tendanya yang mana yah?”, “berapa orang ya? , sahut orang tersebut. “Dua!”, lalu kita diantar ke tenda yang masih kosong.

Setelah itu saya dan maya berjalan menuju tenda konsumsi, makan dengan lahap. Gak peduli makanan yang disediakan itu apa, pada saat itu laper banget setelah tidak makan siang ( entah pada asik tidur dijalan / panitia yang tidak inisiatif menawarkan untuk berhenti makan, dll lah ) dan 22 jam dijalan!! Agak – agak rempong sih harus makan makanan yang berkuah ( sayur asam ) yang masih diplastikin di box, gelap dan sambil berdiri ( manja bgt ), eh….tapi gak boong sih ayam bakarnya enak banget.
Selesai makan, cuaca yang mulai dingin. Konon katanya saat ini sedang 10 C. Tapi kata mas – mas setempat yang sedang duduk didekat kamar mandi ini belum dingin. Biasanya 5 C.

Saya masih beruntung karena masih tergolong peserta yang datang awal, karena ternyata masih separuh rombongan lagi yang belum datang. Hingga acara sudah mulai dibuka dengan penampilan spontan dari para peserta, yang dengan meriah silih berganti perform demi performer maju untuk mengisi panggung sambil menunggu 1 bus lagi yang belum datang. Eits, ada 1 lagi keganjalan ketika acara belum dimulai entah siapa naik keatas panggung ( kalau tidak salah berucap dia adalah perwakilan dari sekelompok pemuda Dieng apa gitu ) dan menjelaskan / berbicara kepada penduduk sekitar untuk mohon diijinkan mengadakan acara, karena mereka sudah datang dari jauh ( sejenak saya sadari bahwa lokasi camping kita ini telah dikelilingi orang penduduk dieng, yang datang mungkin sambil berharap ini acara musik dangdut dan hmm.. sebenarnya sudah dapat ijin untuk mengadakan acara disini belum sih ya. Kok pake ada yang naik kepanggung dan berbicara seperti itu, semoga ini hanya pikiran jelek sesaat saja atau sejujurnya saya berfikir jelek terus sedari awal )

Sudah duduk manis berdua dengan maya ditemani teh hangat ( romantis gelakk ) di terpal yang sebenarnya basah. Dimana semua orang disini datang, meski sudah rusak mood ditambah tidak ada artistic panggung sama sekali ( bahkan mungkin panitia acara dangdut dapat membuat panggung lebih menarik dari ini. Or ya…katakanlah konsep kali ya biar menyatu dengan alamnya dapet ). Lagu pertama pun mulai dibawakan, finally FLOAT! Untuk kedua kalinya saya melihat perform mereka, sekarang di Dieng di lembah yang sangat dingin ini. “sementara lupakan rindu”  Suara sang vokalis yang membuat hanyut ( atau lebih tepatnya sudah semakin kedinginan, karena angin malam mulai terasa semakin jahat ditambah api unggun yang berulang kali dinyalakan tapi selalu gagal dan hanya menyala sesaat dan kemudian mati ). Surrender, sementara, pulang, single terakhir mereka “ihi” dan “these are a few of my favorite things..” dari ost Sound Of Music pun dibawakan. Semua pengunjung nampak happy, bisa sing a long bersama. Atau lebih tepatnya “Camping Bersama”. Muncul kembali dengan tiba – tiba perform di sebuah lembah, dengan formasi personel yang baru dan tentu saja saya pun tak sabar menanti album baru float di tahun ini.

Selesai menyaksikan Float, saya langsung menuju tenda dan memilih tidur. Terdengar diluar sana masih banyak yang masih asyik bercengkrama, main gitar, bernyanyi dan bermain games. Tapi ku tak tahan dengan udara yang sangat dingin ini. Semoga teman – teman diluar sana yang terakhir datang bisa langsung mendapatkan tenda ( atau katakanlah ada yang membimbing mereka untuk mendapatkan tenda ).

Hari Ketiga : Minggu, 10 Juni 2012
Sekitar pukul 04.00 saya terbangun, panitia sudah berkoar – koar membangunkan yang ingin melihat trekking melihat sunrise. Langsung saja menuju kamar mandi sebelum orang – orang lain bangun dan antrian menjadi sangat panjang ( fyi : hanya ada 2 kamar mandi umum tersedia disini. Selamat menahan buang air kalau antrian panjang, airnya pun tidak menarik sama sekali untuk sekedar untuk cuci muka atau sikat gigi *enjoy* )

Setelah sudah semakin banyak orang bangun dan berkumpul di lapangan, salah seorang laki – laki yang akan membimbing perjalanan trekking mem-briefing kami dengan cukup jelas maka kami pun memulai perjalanan untuk melihat sunrise bersama – sama.

Medan trekkingnya sebenarnya tidak terlalu berat, namun cukup membuat banyak orang perlu merasa istirahat sejenak dan sementara yang lain yang masih kuat berjalan dapat melanjutkan perjalanan. Ok ini dia, sampai juga diatas ketinggian 2500 m diatas permukaan laut. Yang merasa ingin menanjak lebih tinggi lagi, dapat mengikuti sang pemandu. Sedangkan saya akan stay disini saja. Sudah cukup.
Menanti “Golden Sunrise”, sambil memakan coklat dan berfoto mengagumi pemandangan dari puncak ( hampir ) Dieng, sangat indah..sangat sangat indah. Tapi kok sepertinya Golden Sunrise tidak muncul pagi ini. Atau ya memang seperti inilah yang dinamakan Golden Sunrise tersebut ( mau tanya sang pemandu tapi sudah tidak ada ). 



Eh, ternyata muncul penjual pop mie disini. Langsung saja lah pesan.


Saya pun turun kembali ke tenda bersama maya dan pandu. Berharap dibawah sudah ada sarapan yang siap disantap. Ternyata memang benar, sudah tersedia nasi goreng. Pengumuman dari panitia bahwa bagi yang ingin pulang duluan harap segera bersiap ( sedih sebenarnya karena ada sebagian yang ingin pulang duluan dan tidak bersama – sama menyelesaikan tour. Tetapi siapa juga yang dapat menjamin pulang akan tepat waktu dan berfikir akan wasting time kalau diteruskan *tuh kan lagi – lagi pikiran jelek* )





Sarapan sudah, packing sudah, foto – foto sudah. Tiba – tiba sekarang kita semua membentuk lingkaran besar ( saya tau ini hanya untuk mengulur waktu sampai kendaraan penjemputan datang ). Ok….sebuah truk kecil datang, sekitar 26 orang sudah masuk untuk mengangkut kami yang tak sabar segera untuk melanjutkan trip ( dan pulang tentunya ), dan puluhan orang orang lagi menyusul secara bergantian menunggu truk ini selesai mengantar ke bus diatas dan seterusnya.

“Mulai sekarang saya yang akan mengambil alih tour ya…”, kata salah seorang yang nampaknya ia adalah guide local. Yang entah mengapa ketika dia berbicara, saya merasa percaya.
Baiklah, tour yang semoga tidak terasa dipaksakan ini ( karena seharusnya menjadi hari kedua, bukan menjadi hari terakhir ) dimulai dengan menuju Telaga Warna Dieng. Hanya sempat foto – foto sejenak , lalu segera melanjutkan ke Kawah Sikidang Itu pun juga hanya sejenak banget, cerita penjelasan dari guide yang menyita perhatian ( atau ya….informasi dari guidelah salah satu hal menarik untuk didengarkan karena kita tidak menjelajahi keseluruhan kawah. Salah satunya karena waktu )





Lokasi terakhir, sudah ada group tarian yang sudah menanti kita di lapangan kompleks Candi Arjuno Sebuah persembahan tarian daerah, lengkap dengan seperangkat alat musik gamelan, dll. Ok….lanjut ke dalam masuk untuk melihat Candi. Eh, belum deng belok sedikit ternyata masih ada acara lain yaitu “Menanam bibit pohon”. Semua pun digiring kembali untuk acara ini. Bentuk acara yang sungguh mulia, namun saya tidak merasa nyaman karena semua terasa tergesa – gesa. Foto – foto. Ok Done! Semoga kelak beberapa tahun kedepan saya akan kembali kesini untuk melihat apakah tanaman yang sudah saya tanam ini tumbuh atau tidak.






Melanjutkan tour ( atau lebih tepatnya cepat – cepat menyelesaikan tour ) dengan melihat – lihat sejenak ketiga candi dan juga penjelasannya oleh sang guide yang hampir saja di candi ke – 3 terpotong, karena hari sudah semakin siang dan makan siang sudah siap. Tetapi kami ingin tetap candi yang ke-3 tidak terlewatkan. Sudah mulai gerimis, saatnya bergegas kembali ke bus dan makan siang di dalam bus ( porsinya kuraaaaaang. Masih lapar L )

Sekitar pukul 13.30, akhirnya tour berakhir dan saatnya kembali pulang ke Jakarta. Info mengatakan bahwa kami akan melewati rute yang berbeda yaitu lewat pemalang dan pantura. ( dengan harapan tidak nyasar lagi dan perjalanan dapat lebih cepat daripada ketika waktu berangkat *semoga* ).
Langsung saja terlelap tidak lama setelah bus berjalan. Tapi terbangun karena jalanan yang rusak, dan mulai mencurigakan. Lewat mana sih ini sebenarnya? Jalanan berkelok – kelok parah dan rusak juga. Sampai disuatu jalan bus yang berada didepan kami seperti sedang bertanya kepaa warga sekitar, untuk memastikan bahwa rute ini benar. Ok, ternyata rute ini benar. Tetapi sebelumnya tidak pernah ada bus yang lewat jalan ini dan bapak tersebut memberi tau kalau jalanan disana akan lebih berat dan masih sangat jauh.

Mencoba menikmati perjalanan dengan sambil foto – foto pemandangan dari dalam bus. Hingga sampai suatu ketika bus didepan, ban belakangnya sedikit keluar arah dan membuat semua penumpang diwajibkan keluar dan sebagian membantu mendorong supaya bus dapat berjalan kembali kedepan dan berada kembali dijalurnya. Sejenak mengobrol dengan warga setempat yang mengatakan bahwa untuk kejalur utama masih sekitar 25 km lagi.


Perjalanan yang berliku – liku tegang masih belum berakhir, menyenangkan sebenarnya bisa melewati daerah ini yang masih begitu fresh dan belum dilalui banyak orang. Namun, kondisi bus sangat tidak prepare untuk menempuh jalur ini. Semakin terbukti dengan tiba – tibanya bumper kanan bus kami pun hancur, setelah mendengar suara kencang. Sepertinya karena jalanan yang cukup berat.

Dengan terus tidak bermaksud menguping pembicaraan sang driver dan co-driver. 1 hal lagi, sepertinya kalau tidak salah saya mendengar pembicaraan bahwa rem blong! Dan sedari tadipun si driver menyuruh untuk menambahkan cairan – cairan apalah itu tersebut kedalam salah satu bagian laci dashboard. Hingga co – driver menambahkan terus, dan akhirnya dia bilang “habis nih, bisa nyampe gak nih”. “dah santai aja”, kata sang supir. Damn! Hal – hal ini tidak ingin saya dengar sebagai seorang penumpang. Sama sekali tidak membuat tenang dan semakin membuat saya terus saja berfikir jelek. Dan tentu saja berdoa supaya bisa selamat sampai Jakarta kalau begini ceritanya.
Saya rasa penumpang didalam bus ini sudah tidak tertarik untuk makan malam, ketika panitia menawarkan untuk berhenti makan di Mbok Berek, semua hanya ingin cepat sampai rumah. Tetapi, karena ingin kembali berjalan konvoi makan kami semua pun berhenti makan dan memang harus makan karena tidak pernah tau akan berapa lama waktu diperjalanan ini.

Pantura macet! Karena jalanan sedang diperbaiki ( setiap tahun menjelang lebaran pasti jalanan sedang diperbaiki!! ) Dan ketika bus ini berjalan memotong jalur kanan supaya bisa jalan lebih cepat, sekelompok anak muda berusaha men-stop bus kami dan meminta sedikit uang “seribu aja…seribu aja….” Wooow…serasa ingin dibajak, dengan anak muda yang menghadang kira – kira berjumlah 10 orang. Tapi kemudian mobil polisi datang, dengan sirine kencang, langsung parkir didepan bus kami. Sang polisi keluar dari dalam mobil lalu mengusir sekumpulan anak muda ini. Lalu kemudian perjalanan kembal dilanjutkan. Fiuuuuuuuuuuuuuh….. perjalanan masih jauh ya olooooooooh. Apalagi deh nih.

Duduk paling depan memang punya sensasi tersendiri. Bisa melihat jelas dengan jelas apa yang terjadi didepan. Ya, selain demi alasan bangku sempit dan kalau duduk depan it’s better.
Kira – kira pukul 04.45 kami tiba di Jakarta dengan selamat. Tepatnya di Tendean ditempat meeting point pertama kami. Langsung turun ambil tas dibagasi, mencari taxi dan bergegas pulang. Tidak pamit or say thx ke panitia. Saya hanya berucap terima kasih ke pak supir. Lalu buru – buru pulang.

Saya selalu suka jalan darat. Apalagi untuk acara berwisata. Dan saya berfikir acara ini akan menjadi suatu acara dengan konsep yang menarik hanya sangat disayangkan tidak sama sekali dikemas dengan baik.

Nominal yang tidak sedikit tapi juga tidak mahal untuk sebuah paket ini. Bahkan seorang kawan berkata “Gw gak masalah sih sebenarnya kalau harga menjadi 1,5 tetapi memang semua service ok”.
Seakan kami semua menjadi terpaksa memaklumi, ketika panitia menjelaskan bahwa “Ini acara pertama kami”. La…la….la… tapi ya gak gitu juga sih ya. Berada 22 jam terombang ambing Jakarta – Dieng, didalam bus sempit yang sangat mustahil yang ternyata salah jalan adalah sesuatu yang fatal.  Tidak ada team advance kah?? Hingga harus nyasar berjam – jam. 22 Jam!! No wonder, ketika pagi banyak yang ingin pulang duluan.

Tulisan ini hanya sekedar curahan hati dan juga panjang yah, dimana ekspektasi saya mungkin terlalu tinggi terharap trip ini. Dan bahkan saya tidak dapat membangun mood dengan baik karena dijam – jam awal keberangkatan pun saya sudah merasa kecewa. Dan masih terngiang betul ditelinga saya, salah seorang panitia berkata “tenang saja, semua akan terbayar besok”. Maksudnya apa? Saat melihat Golden Sunrise? Saya bahkan tidak melihat anda ikut trekking. Ohhh…mungkin masih terlelap.
Saya bukan berprofesi sebagai penulis maupun fotografer. Tulisan diatas maupun foto – foto diatas ya begitu adanya standar. Hanya untuk berbagi sedikit pengalaman 22 jam Jakarta – Dieng, 1 malam di lembah Dieng dan 1 malam lagi di bus Dieng – Jakarta 16 jam. Sukses membuat pantat ini sakit sampe sekarang.

But Dieng, u’re so wonderfull! Saya akan kembali suatu hari nanti, untuk menyaksikan Golden Sunrise dan melihat tanaman yang sudah saya tanam.

2 comments:

Anonymous said...

cerita yg menarik
sebagian besar FR Float2nature di blog2 pribadi menulis begini hehe
dpt dimaklumi sih bagaimana keadaan yg seperti anda ceritakan

kunjungi dieng lagi di hari yg bebas :D

Tiffanikoe said...

Pasti dong, akan ke dieng lagi suatu hari nanti :)